Pembaruan artikel pada January 26, 2023
Kalau kalian perhatikan bulan di langit saat purnama, terlihat bulan berbentuk bulat sempurna dan sangat indah. Namun, ternyata permukaan bulan tidak semulus yang kita lihat. Permukaan bulan sebenarnya penuh lubang kawah akibat tubrukan dengan asteroid dan komet.
Kenapa bisa sering terjadi tubrukan? Karena atmosfer bulan yang tipis sehingga tidak mampu memberi perlindungan terhadap hantaman benda-benda langit yang jatuh ke permukaannya. Karena atmosfer yang tipis ini juga, menjadikan suara tak bisa didengar ketika kita berada di bulan. Selain itu juga membuat tekanan udara menjadi sangat rendah, sehingga tidak ada angin disana.
Tipisnya atmosfer juga mengakibatkan air dalam bentuk cair tidak bisa bertahan di permukaan bulan, karena ketika terpapar panas matahari, akan cepat terurai dan menghilang ke luar angkasa.
Jadi air yang berada di bulan diperkirakan berasal dari es yang dibawa oleh komet yang menabrak bulan, atau dari reaksi batuan bulan yang kaya oksigen dengan hidrogen dari angin matahari.
Struktur Bulan
Bulan memiliki struktur berupa lapisan kerak, mantel, dan inti seperti benda langit kebumian (benda langit yang mirip bumi) lainnya.
Bulan memiliki inti yang tergolong kecil, dengan radius kurang lebih 350 km, atau hanya 20% dari ukuran bulan, atau 15 kali lebih kecil dari inti bumi.
Bagian inti dalam kaya akan besi padat, sedang inti luar berupa besi cair. Di sekitar inti bulan terdapat lapisan pembatas, berupa cairan magma yang berada di kedalaman 1200-1350 km.
Kalau ada cairan magma, berarti di bulan ada gunung berapi aktif? Ya, dulu memang pernah ada gunung berapi disana, dan letusannya terakhir terjadi sekitar 1,2 miliar tahun yang lalu. Diperkirakan magma dengan kandungan titanium yang ada di perut bulan saat ini sedang berada dalam fase pendinginan, sehingga terlalu berat untuk dapat mengalir ke permukaan dan mengakibatkan letusan.
Namun, meski ada letusan gunung berapi, tidak berarti tanah di bulan subur seperti yang terjadi di bumi. Hal ini karena lapisan kerak bulan yang terus terhantam komet, asteroid, dan meteorit menghasilkan debu regolith dengan ketebalan bisa mencapai 20 meter. Sedang lapisan bawahnya berupa rekahan batuan dengan kedalaman berkilo-kilometer, yang dinamakan megaregolith.
Revolusi Bulan
Bulan merupakan benda langit pengiring bumi (satelit bumi). Hal ini terjadi karena adanya gaya tarik-menarik antara gravitasi bumi dan gravitasi bulan. Lintasan revolusi bulan saat mengelilingi bumi (yang disebut orbit) berbentuk elips atau lonjong, dan bumi tidak berada di tengah-tengah pusat lintasan bulan. Sehingga ada waktu dimana saat berevolusi bulan berada di posisi terdekat dengan bumi (disebut perigee), dan bisa juga berada di posisi terjauh (disebut apogee).
Baca juga tentang Super Blue Blood Moon karena posisi perigee dan apogee.
Meski saling tarik menarik, bulan tidak pernah jatuh ke permukaan bumi. Hal ini disebabkan bulan memiliki gaya sentrifugal sebagai akibat dari gerak revolusinya. Gaya sentrifugalnya lebih kuat dari gaya tarik-menarik pada sistem gravitasi bumi-bulan. Jadi, bulan tetap bisa mengelilingi bumi sambil bergerak menjauh.
Ada beberapa hal yang terjadi akibat gerak revolusi bulan mengelilingi bumi, seperti perubahan kenampakan bulan saat dilihat dari bumi, serta pasang surut air laut.
Perubahan kenampakan bulan atau biasa disebut fase bulan terjadi karena kedudukan bagian bulan yang terkena cahaya matahari (terhadap bumi) selalu berubah-ubah.
Sedangkan pasang surut air laut terjadi karena pada saat-saat tertentu, kedudukan bulan dan matahari terhadap bumi berubah sedemikian rupa, sehingga gravitasinya berpengaruh terhadap (ketinggian) air laut.
Yang jadi referensi
Haryanto. 2007. Sains untuk Sekolah Dasar Kelas VI. Erlangga. Jakarta 2015. Komik Kuark Level III Edisi 06 Thn XI. Jakarta 2015. Komik Kuark Level III Edisi 08 Thn XI. Jakarta